09 Juli 2008

Jeritan Hati Seorang Pelacur

Seperti sebuah selokan, hidupku mengalir bagaikan air kotor yang harus di singkirkan dari pekarangan setiap orang. Seperti sampah, aku harus disingkirkan dari pandangan dan dijauhkan dari pemukiman. Hidupku dapat berakibat buruk bagi kesehatan moral yang mereka anut.

Seperti itulah hari-hari yang kujalani. Sebagai seorang wanita dengan 2 anak kecil aku terbiasa dengan cara hidup seperti itu. Dikucilkan dan di lecehkan. Hidupku adalah sebuah gambaran kasar sebuah bentuk penyiksaan terselubung.

Kubiarkan saja.. mereka betul. Sebagai seorang pelacur, aku tidak memiliki hak yang harus diperjuangkan. Tidak ada secuilpun pelecehan yang kualami yang harus ku naifi. Aku hanya pasrah dan berdoa semoga kedua anakku bisa tetap bertahan hidup dan menjadi layak di esok hari.

5 tahun yang lalu, aku adalah seorang bunga di desaku. Sudah puluhan pria yang kutolak karena ayahku tidak menyetujui. Sampai suatu hari aku dengan hati menangis menerima lamaran seorang saudagar kampung tetangga yang terpikat kecantikanku. Sungguh malang tak bisa di tolak. Kehidupan suramku ternyata berawal disini. Seperi matahari terbit, cahaya suram hidupku baru saja dimulai ketika satu bulan sejak pernikahanku, suamiku menjualku.

Entah kedua anakku ini anak siapa. Sudah tak terhitung lelaki yang menikmati tubuhku. Pria-pria itu berlumba menyewa tubuhku. Dan suamiku yang pengusaha itu tahu bagaimana memperlakukan sebuah asset.

Kini, setelah melarikan diri dari hidup yang suram itu. AKu tinggal sendiri di sebuah desa tak jauh dari kampungku. Tapi angin begitu kencang berembus dari desaku. Semua cerita gelap kehidupanku begitu cepat sampai ke telinga warga disini. Dan aku pun harus menjalani hidup yang sama.

Entah sampai kapan. Mungkin sampai aku meninggal. Tak ku perduli. Aku hanya bisa berdoa kepada Tuhan yang telah memberkahiku dengan kehidupan ini semoga segala kesusahanku hari ini adalah tebusan bagi masa depan yang lebih baik bagi ke dua anakku.

1 komentar:

sendi mengatakan...

pengalaman hidup memang suatu pelajaran sekaligus menjadi guru bagi kita. manis dan pahitnya kita yang merasakannya dan semoga semua yang menimpa gadis malang ini dapat menjadi pelajaran bagi kita semua khususnya bagi orang tua yang ingin menikahkan anaknya.