09 Juli 2008

Nona manis

Nona manis duduk di bangku di alam terbuka menyaksikan pemandangan pantai di sore hari di kala sang surya sedikit lagi terbenam. Pemandangan matahari terbenam adalah pemandangan yang paling menyenangkan hati bagi Lusi, si nona manis.

Anak ke tiga dari lima bersaudara, Lusi tumbuh menjadi seorang gadis remaja cantik rupa dan tubuh yang terawat bersih. Guru-guru di sekolah menyebutnya nona manis. Sebagai seorang anak pejabat di desa tempat dia tinggal, sang nona manis mendapat perlakuan terhormat dari warga sekitar.

Ayahnya adalah seorang dokter berijasah Universitas Negeri di Ibukota. Sang ayah kini ditugaskan disebuah desa terpencil menjadi dokter sekaligus mantri bagi 500 kepala rumah tangga.

Sang nona manis kini duduk di beranda rumahnya di bangku yang teduh menghadap ke arah matahari terbenam. Pikirannya melayang-layang ke kota tempat kelahirannya. Di kotanya ada pantai tapi tidak seindah ini. Di kota tempat kelahirannya pantainya begitu kotor penuh sampah dan banyak kecoa. Tidak seperti di desa ini, segalanya begitu sejak. Angin segar di sore hari bak semilir angin sejuk di pagi hari. Lusi, sang nona manis begitu terpesona dengan keindahan alam di depannya.

Menerawang masa-masa kecil membuat Lusi seakan terpental jauh ke masa silam, sebuah masa yang hiruk pikuk. Dua Kakaknya laki-laki selalu saja mengganggunya, sementara dua adik laki-lakinya terlalu menyibukkan ibunya. Lusi, bagaikan berada di sebuah keramaian tapi merasa sepi.

Dan kesepian itu begitu menjemukan di tempat yang sepi ini. Tapi tidak lagi, bisik hati Lusi. Besok aku akan kembali ke kota bersama Ayah dan lusa aku akan bertemu dengan dua kakakku yang brengsek dan dua adikku yang manja. 2 hari lagi aku akan menjadi wanita kota kembali, kata Lusi dalam hati.

Sang Nona manis akan pergi. Nona yang satu ini begitu di cintai warga di desa. Di sayang dan begitu di perhatikan. wajah manisnya sang nona menggemaskan banyak ibu di desanya.

Si manis akan pulang ke kota. Pikir warga di desa. Nona manis kita akan pergi dan kemungkinan tidak akan kembali lagi. Dokter baru telah tiba dan dokter lama, ayah nona manis telah harus kembali ke kota untuk melanjutkan studinya.

Nanti aku akan kembali ke desa ini, tempat aku dibesarkan. Bisik hati Lusi, Sang Nona Manis.

Tidak ada komentar: