Surabaya terkenal dengan sebagai kota terbesar kedua setelah Jakarta. Sebagai kota nomor dua, Surabaya tentu memiliki segalanya. AKtifitas manusia yang sarat konflik membuat setiap orang mencari keuntungan untuk dirinya sendiri.
Bisnis panti pijat di Surabaya bukanlah barang baru. Sudah dari bertahun-tahun yang lalu bangunan Panti Pijat bermunculan dan berdampingan dengan kantor-kantor di pusat kota Surabaya. Bangunan panti pijat bak sebuah manusia diam, tenang dan kokoh. Panti pijat seperti sebuah bangunan tak berpenghuni dari luar. Tapi tidak di dalamnya.
Panti pijat dimanapun di Surabaya selalu saja menjadi pemberhentian akhir pria hidung belang untuk merenggangkan saraf dan melepas syahwat. Dengan tarif berkisar Rp. 200.000, wanita-wanita pemijat di dalam kamar-kamar panti pijat bisa mengembalikan stamina anda dan membuat semangat kerja anda bangkit kembali.
Bukan cerita baru. Setelah melakukan beberapa kali penggerebekan di beberapa Panti Pijat di Surabaya, akhirnya di ketahui bahwa bangunan yang semestinya menjadi alat refleksi itu tidak lebih dari sekedar tempat prostitusi model baru.
Walaupun tidak semua panti pijat memiliki fungsi ganda tersebut tetapi penafsiran orang saat ini selalu menjurus kehal negatif ketika berbicara tentang panti pijat.
Bahkan di internet, terdapat beberapa forum yang isinya hanya bercerita tentang panti pijat di kota Surabaya. Semacam forum sharing sesama aktifis panti pijat. Wanita-wanita pemijat dan pelayanan mereka menjadi gosip paling hot di dalam forum tersebut.
Bagaimana pihak polisi menyikapi penyakit masyarakat terselubung ini? Dari beberapa kasus, diketahui bahwa sebagian besar prostitusi di dalam panti pijat terjadi tanpa sepengetahuan pengelola panti pijat tersebut. Transaksi biasanya terjadi antara pelanggan dan wanita pemijat. Pemilik mungkin tidak tahu tetapi mungkin juga pura-pura tidak tahu. Toh tanggung jawab ada pada pelaku sendiri.
04 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar