Cerita-cerita seks menjadi salah satu content dengan penikmat yang sangat tinggi. Dari sejak jaman koran kuning, cerita seks selalu menjadi bumbu dalam setiap cerita sebuah suratkabar.
Ketertarikan pembaca terhadap cerita berbau seks bukan hal yang terlarang tetapi lebih merupakan penyelarasan dari kebutuhan yang manusiawi. Sebab seks bukan hal terlarang. Cerita bertema seks didalam sebuah media seperti televisi, koran dan majalah terkadang menjadi salah satu metode untuk meningkatkan popularitas sebuah media.
Penggunaan simbol-simbol seks dalam media dalam batas tertentu mungkin saja tidak terlarang dalam frame industrialisasi tetapi jika simbol-simbol tersebut menjadi sebuah komoditas yang harus dijual maka kesakralan dari seks itu sendiri menjadi hambar.
Demikan pula halnya dengan media Internet. Ada ratusan ribu permintaan akan cerita seks di internet. Ini terlihat dari trend di google dimana pencarian kategori cerita seks menempati urutan yang termasuk tinggi.
Pencarian tema cerita seks tentu saja menimbulkan minat bagi sebagian orang untuk membuat web bertema cerita-cerita seks.
Sebuah cerita dianggap sukses jika mampu memberi pengalaman batin kepada pembacanya. Seorang pengarang cerita bisa menjadi penulis yang sukses jika ceritanya tersebut mampu membuat pembaca mengalami ekstasi atau lepas dari diri.
Penulis novel sepertinya tahu akan hal ini. Beberapa novel dewasa bahkan tanpa segan justru menjadikan seks menjadi tema sentral dalam ceritanya. Romantisme dan percintaan antara lakon dalam cerita selalu mengikutsertakan seks sebagai alat penyampaian rasa dari aktor.
Bagaimana membuat cerita yang sukses tanpa harus menjual seks? banyak caranya. Salah satu yang terbaik adalah dengan menciptakan frame atau batasan cerita.
Banyak penulis yang sukses tanpa harus menjual seks. Dan bahkan cerita-cerita populer di dunia ini sama sekali jauh dari bias seks.
01 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar